Monday, April 21, 2014

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DALAM AL-QUR`AN

.  

Bagi ilmuwan al-Qur`an adalah inspirator, maknanya bahwa dalam al-Qur’an banyak terkandung teks-teks (ayat-ayat) yang mendorong manusia untuk melihat, memandang, berfikir, serta mencermati fenomena-fenomena alam semesta ciptaan Tuhan yang menarik untuk diselidiki, diteliti dan dikembangkan. Al-Qur’an menantang manusia untuk menggunakan akal fikirannya seoptimal mungkin.

Al-Qur`an memuat segala informasi yang dibutuhkan manusia, baik yang sudah diketahui maupun belum diketahui. Informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi pun disebutkan berulang-ulang dengan tujuan agar manusia bertindak untuk melakukan nazhar. Nazhar adalah mempraktekkan metode, mengadakan observasi dan penelitian ilmiah terhadap segala macam peristiwa alam di seluruh jagad ini, juga terhadap lingkungan keadaan masyarakat dan historisitas bangsa-bangsa zaman dahulu.  Sebagaimana firman Allah berikut ini:

قُلِانْظُرُوامَاذَافِيالسَّمَاوَاتِوَالْأَرْضِ

Artinya:    “Katakanlah (Muhammad): lakukanlah nadzar (penelitian dengan menggunakan metode ilmiah) mengenai apa yang ada di langit dan di bumi ...”( QS. Yunus ayat 101)


قَدْخَلَتْمِنْقَبْلِكُمْسُنَنٌفَسِيْرُوافِياْلأَرْضِفَانْظُرُواكَيْفَكَانَعَاقِبَةُالْمُكَذِّبِيْنَ

Artinya:     “Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (QS. Ali Imran: 137)


وَفِيأَنْفُسِكُمْأَفَلاَتُبْصِرُوْنَ

Artinya:”Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”. (QS. Az-Zariyat: 21)

Dalam al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang memberikan motivasi agar manusia menggunakan akal fikiran untuk membaca dan mengamati fenomena-fenomena alam semesta. Teks-teks al-Qur’an yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sebagai berikut:

a.       Al-Qur`an Sebagai Produk Wujud Iptek Allah

Al-Qur`an menuntun manusia pada jalur-jalur riset yang akan ditempuh sehingga manusia memperoleh hasil yang benar. Al-Qur`an juga sebagai hudan memberi kecerahan pada akal manusia, kebenaran hasil riset dapat diukur dari kesesuaian rumus baku, dan antara akal dengan naql.

Al-Qur`an merupakan rumus baku, alam semesta dengan segala perubahannya sebagai persoalan yang layak dan perlu dijawab, maka al-Qur`an sebagai kamus alam semesta. Solusi tentang teka-teki alam semesta akan terselesaikan dengan benar jika digunakan formula yang tepat yaitu al-Qur`an. Dengan demikian ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat Qur’aniyah akan berjalan secara pararel dan seimbang. Ilmu pengetahuan seperti ini jika menjelma menjadi teknologi maka akan menjadikan teknologi berbasiskan Qur’an atau teknologi yang Qur’anik.

Banyak ayat Al-Qur’an yang menyinggung tentang pengembangan iptek, seperti wahyu pertama QS. Al-`Alaq 1-5 menyuruh manusia untuk membaca, menulis, melakukan penelitian dengan dilandasi iman dan akhlak yang mulia. Sedangkan perintah untuk melakukan penelitian secara jelas terdapat dalam QS. Al-Ghasiyah, ayat 17-20:


أَفَلاَيَنْظُرُوْنَإِلَىاْلإِبِلِكَيْفَخُلِقَتْ (17) وَإِلَىالسَّمَاءِكَيْفَرُفِعَتْ (18) وَإِلَىالْجِبَالِكَيْفَنُصِبَتْ (19)  وَإِلَىاْلأَرْضِكَيْفَسُطِحَتْ (20)

Artinya: ”Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (QS. Al-Ghasiyah: 17-20)



Dari ayat-ayat tersebut, maka munculah di lingkungan umat Islam suatu kegiatan observasional yang disertai dengan pengukuran, sehingga ilmu tidak lagi bersifat kontemplatif seperti yang berkembang di Yunani, melainkan memiliki ciri empiris sehingga tersusunlah dasar-dasar sains.

وَمِنْكُلِّّشَيْءٍخَلَقْنَازَوْجَيْنِلَعَلَّكُمْتَذَكَّرُوْنَ

Artinya: ”Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah”. (QS. Az Zariyat: 49)


سُبْحَانَالَّذِيخَلَقَاْلأَزْوَاجَكُلَّهَامِمَّاتُنْبِتُاْلأَرْضُوَمِنْأَنْفُسِهِمْوَمِمَّالاَيَعْلَمُوْنَ

Artinya: “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”. (QS. Yasin: 36)



Dari ayat di atas dinyatakan bahwa Allah SWT menciptakan makhluk secara berpasang-pasangan, seperti ada siang dan malam, positif dan negatif, wanita dan pria, elektron dan positron. Terjadinya pasangan elektron dan positron di dalam fisika inti dikenal pembentukan ion (ion air production) di mana radiasi gelombang elektron magnetik memiliki tenaga di atas 1.02 Mev. Ayat ini dapat diartikan sebagai perintah untuk melakukan penelitian. Karena dengan melakukan penelitian hal-hal yang tadinya belum terungkap menjadi terungkap.

b.      Al-Quran Sebagai Prediktor

Beberapa ayat Al Quran menyatakan ramalannya kejadian pada masa yang akan datang baik masa yang jauh maupun masa yang dekat, yang sebagian merupakan mata rantai sebab akibat (kausalitas). Oleh sebab itu jika sebab ini merupakan data-data yang dapat dirunut oleh manusia secara komprehensip, maka akibat yang ditimbulkan kelak akan dapat diketahui sebelum terjadi dengan intensitas keyakinan yang cukup tinggi.

Berikut ini contoh ayat-ayat tersebut:

ظَهَرَالْفَسَادَفِياْلبَرِّّوَالْبَحْرِبِمَاكَسَبَتْأَيْدِيالنَّاسِ

Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia...” (QS. Ar Rum: 41)


قَالَتَزْرَعُوْنَسَبْعَسِنِيْنَدَأَبَافَمَاحَصَدْتُمْفَذَرُوْهُفِيسُنْبُلِهِإِلاَّقَلِيْلاًمِمَّاتَأْكُلُوْنَ (47) ثُمَّيَأْتِيمِنْبَعْدِذلِكَسَبْعٌشِدَادٌيَأْكُلْنَمَاقَدَّمْتُمْلَهُنَّإِلاَّقَلِيْلاًمِمَّاتُحْصِنُوْنَ (48) 

Artinya:    "Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. (QS. Yusuf: 47-48)


إِنَّالَّذِيْنَكَفَرُوامِنْأَهْلِالْكِتَابِوَالْمُشْرِكِيْنَفِينَارِجَهَنَّمَخَالِدِيْنَفِيْهَاأُولَئِكَهُمْشَرُّالْبَرِيَّةِ (6) إِنَّالَّذِيْنَآَمَنُواوَعَمِلُواالصَّالِحَاتِأُولَئِكَهُمْخَيْرُالْبَرِيَّةِ (7) جَزَاؤُهُمْعِنْدَرَبِّهِمْجَنَّاتُعَدْنٍتَجْرِيمِنْتَحْتِهَاْالأَنْهَارُخَالِدِيْنَفِيْهَاأَبَدًارَضِيَاللهُعَنْهُمْوَرَضُواعَنْهُذَلِكَلِمَنْخَشِيَرَبَّهُ (8)                                                                                     

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (Qs. Bayinah: 6-8)



c.       Al-Qur`an Sebagai Sumber Motivasi

Al Quran mendorong atau memberi motivasi kepada manusia untuk melakukan penjelajahan angkasa luar dan di bumi, perhatikan firman Allah berikut ini:

يَامَعْشَرَالْجِنِّوَاْلإِنْسِإِنِاسْتَطَعْتُمْأَنْتَنْفُذُوامِنْأَقْطَارِالسَّمَاوَاتِوَاْلأَرْضِفَانْفُذُوالاَتَنْفُذُونإِلاَّبِسُلْطَانٍ

Artinya: Hai sekumpulan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (sulthon). (QS. Ar Rahman: 33)


 Kemudian tentang penjelajahan di bumi, perhatikan firman berikut ini:

أَوَلَمْيَرَوْاإِلَىاْلأَرْضِكَمْأَنْبَتْنَافِيْهَامِنْكُلِّزَوْجٍكَرِيْمٍ

Artinya:     Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? (QS. As Syu’ara: 7)



Islam tidak melarang untuk memikirkan masalah teknologi modern atau ilmu pengetahuan yang sifatnya menuju modernisasi pemikiran manusia genius, profesional, dan konstruktif serta aspiratif terhadap permaslahan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

d.      Al-Quran dan Simplikasi (Penyederhanaan)

Alam semesta ini membentuk struktur yang sangat teratur, dan bergerak dengan teratur. Keteraturan gerak alam semesta ini lebih memudahkan manusia untuk menyederhanakan fenomena-fenomena yang terkait ke dalam bahasa ilmu pengetahuan (matematika, fisika, kimia biologi dan lain-lain). Sehingga manusia dapat menjadi operator yang mampu mewakili peristiwa yang terjadi di alam semesta. Untuk meraih teknologi tinggi tidak perlu merasa tidak mampu, dengan semangat tinggi dan tidak menganggap bahwa high tech merupakan sesuatu yang mustahil untuk dicapai, maka high tech akan dapat diraih.

Perhatikan firman Allah berikut ini:


إِنَّمَامَثَلُالْحَيَاةِالدُّنْيَاكَمَاءٍأَنْزَلْنَاهُمِنَالسَّمَاءِفَاخْتَلَطَبِهِنَبَاتُاْلأَرْضِمِمَّايَأْكُلُالنَّاسُوَاْلأَنْعَامُحَتىَّإِذَاأَخَذَتِاْلأَرْضُزُخْرُفَهَاوَازَيَّنَتْوَظَنَّأَهْلُهَاأَنْهُمْقَادِرُوْنَعَلَيْهَاأَتَاهَاأَمْرُنَالَيْلاًأَوْنَهَارًافَجَعَلْنَاهَاحَصِيْدًاكَأَنْلَّمْتَغْنَبِاْلأَمْسِكَذَلِكَنُفَصِّلُاْلآَيَاتِلِقَوْمٍيَّتَفَكَّرُوْنَ

Artinya:     Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya) karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami di waktu malam atau siang, lalu kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (kami) kepada orang-orang berfikir. (QS. Yunus: 24)



e.       Al-Quran Sumber Etika Pengembangan Iptek

Pada teknologi harus terkandung muatan etika yang selalu menyertai hasil teknologi pada saat akan diterapkan. Sungguh pun hebat hasil teknologi namun jika diniatkan untuk membuat kerusakan sesama manusia, menghancurkan lingkungan sangat dilarang di dalam Islam. Jadi teknologi bukan sesuatu yang bebas nilai, demikian pula penyalahgunaan teknologi merupakan perbuatan zalim yang tidak disukai Allah SWT. Perhatikan FirmanNya:


وَابْتَغِفِيْمَاآَتَاكَاللهُالدَّارَاْلآَخِرَةَوَلاَتَنْسَنَصِيْبَكَمِنَالدُّنْيَاوَأَحْسِنْكَمَاأَحْسَنَاللهُإِلَيْكَوَلاَتَبْغِاْلفَسَادَفِياْلأَرْضِإِنَّاللهَلاَيُحِبُّالْمُفْسِدِيْنَ


 Artinya:     Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash: 77)


            Demikian pula sains dan teknologi modern (Barat) tidak ada yang netral atau bebas nilai. Tetapi prioritas, penekanan, metode dan prosesnya, serta pandangan terhadap dunia merefleksikan kepentingan masyarakat dan kebudayaan Barat. Dalam kerangka ini sains Barat semata-mata digunakan untuk mengejar keuntungan dan sejumlah produksi, untuk pengembangan militer dan perlengkapan-perlengkapan perang, serta untuk mendominasi ras manusia terhadap ras manusia lainnya, sebagaimana untuk mendominasi alam. Dalam sistem Barat sains itu sendiri merupakan nilai tertinggi, sehingga segala-galanya harus dikorbankan demi sains dan teknologi.

Dalam kaitan ini munculnya disiplin baru seperti sosiobiologi, eugenics (ilmu untuk meningkatkan kualitas-kualitas spesies manusia) dan rekayasa genetika, tidak mendorong timbulnya persaudaraan dan tanggungjawab tapi memberi kesan bagi kaum ilmuwan bahwa merekalah penguasa jagad raya ini. 

Kemudian dalam bidang biologi, perkembangan teknologi yang pesat diawali dengan penemuan DNA oleh Watson dan Crick pada Tahun 1953. Sejak saat itu berbagai macam teknologi yang melibatkan perekayasaan sifat genetic makhluk hidup mulai bermunculan. Beberapa diantaranya sangat menakjubkan dan memungkinkan manusia berperan sebagai tuhan.  Sementara sanat Islam berbeda, ilmu yang dicari semata-mata hanya untuk mencari karunia Allah, bukan untuk merusak sehingga menimbulkan bencana.

No comments:

Post a Comment