Elektronika
Daya merupakan salah satu bidang ilmu yang mempelajari dan membahas aplikasi
elektronika yang berkaitan dengan peralatan listrik yang berdaya cukup besar.
Berbagai macam peralatan dan aplikasi nyata di industri yang menggunakan sumber
listrik memiliki kapasitas daya yang sangat besar seperti motor listrik,
pemanas, pendingin, fun, kompresor, pompa, conveyor dan aplikasi-aplikasi
lainnya.
Thyristor
Thyristor
merupakan peralatan elektronik yang terdiri dari empat lapisan semikonduktor
pnpn dan memiliki tiga sambungan-pn. Thyristor memiliki 3 terminal, yaitu
anoda, katoda, dan gate (gerbang). Thyristor disebut juga dengan penyearah
terkendali, karena memiliki gate yang berfungsi untuk mengendalikan arus.
Cara
Kerja Thyristor :
Thyristor
ini akan bekerja atau menghantar arus listrik dari anoda ke katoda jika pada
kaki gate diberi arus kearah katoda, karenanya kaki gate harus diberi tegangan
positif terhadap katoda. Pemberian tegangan ini akan menyulut thyristor, dan
ketika tersulut thyristor akan tetap menghantar. Thyristor akan terputus jika
arus yang melalui anoda ke katoda menjadi kecil atau gate pada Thyristor
terhubung dengan ground.
Macam-macam
Thyristor :
- Phase-control thyristor (SCR)
- Fast-switching thyristor (SCR)
- Gate-turn-off thyristor (GTO)
- Bidirectional triode thyristor (TRIAC)
- Reverse-conducting thyristor (RCT)
- Static Induction Thyristor (SITH)
- Light-activated silicon-controlled rectifier (LASCR)
- FET-controlled thyristor (FET-CTH)
- MOS-controlled thyristor (MCT)
Persyaratan
yang menyebabkan Thyristor mengalirkan arus (Turned On) :
- Panas. Jika suhu thyristor cukup tinggi, akan terjadi peningkatan jumlah pasangan electron – hole, sehingga arus bocor semakin meningkat. Peningkatan ini akan menyebabkan α1 dan α2 meningkat. Karena aksi regenerative (α1 + α2) akan menuju ke nilai satuan dan thyristor mungkin akan on. Cara ini dapat menyebabkan thermal runaway dan biasanya dihindari.
- Cahaya. Jika cahaya diizinkan mengenai sambungan thyristor, pasangan electron – hole akan meningkat; dan thyristor mungkin akan on. Cara ini dilakukan dengan membiarkan cahaya mengenai silicon wafer dari thyristor.
- Tegangan tinggi. Jika tegangan forward anode ke katode lebih besar dari tegangan maju breakdown VBO, arus bocor yang dihasilkan cukup untuk membuat thyristor on. Cara ini merusak dan harus dihindari.
- Dv/dt. Jika kecepatan peningkatan tegangan anode – katode cukup tinggi, arus pengisian kapasitor sambungan mungkin cukup untuk membuat thyristor on. Nilai arus pengisian yang tinggi dapat merusak thyristor; dan devais harus diproteksi melawan dv/dt yang tinggi. Manufaktur pembuat thyristor akan menentukan berapa besar dv/dt yang dapat ditangani oleh suatu thyristor.
- Arus gerbang. Jika suatu thyristor diberi tegangan bias forward, injeksi arus gerbang dengan menerapkan gerbang positif antara terminal gerbang dan katode akan dapat menbuat thyristor on. Ketika arus gerbang ditingkatkan, tegangan forward blocking akan menurun.
Bagaimana
Thyristor Turned Off :
Cara
membuat SCR menjadi OFF dengan menurunkan tegangan anoda-katoda ke titik nol.
Karena inilah SCR atau thyristor pada umumnya tidak cocok digunakan untuk
aplikasi DC. Komponen ini lebih banyak digunakan untuk aplikasi tegangan AC,
karena SCR bisa OFF pada saat gelombang tegangan AC berada di titik nol.
Komutasi
sendiri (line commutated) :
Komutasi
sendiri (line commutated), teknik alami yang digunakan, karena
tegangan kerja yang digunakan adalah ac. Pada tegangan ac setiap satu
perioda akan melewati dua kali titik nol volt yaitu 0 derajat dan 180
derajat. Setelah tegangan melewati titik-titik (trigger) tersebut maka triac
secara otomatis akan mengalami komutasi. Inilah salah satu keuntungan
bila menggunakan triac pada tegangan kerja ac.
Komutasi
paksa (forced commutated) :
Komutasi
yang dipaksakan (Forced commutation), Komutasi ini digunakan untuk
aplikasi tegangan kerjanya adalah dc (linier), dikarenakan triac setelah
dipicu akan melalukan arus dc secara terus menerus. Untuk mengkondisikan
terjadinya tegangan nol pada triac maka perlu dibuat rangkaian
khusus yang terdiri dari susunan kapasitor dan induktor bahkan menggunakan
triac lebih dari satu buah.
Perbedaan
antara Thyristor dan Triac :
Triac
berbeda dengan thyristor, dimana triac dapat mengontrol arus dalam dua arah.
Triac merupakan dua buah Thyristor yang dihubungkan secara paralel
berkebalikan dengan terminal gate bersama. Berbeda dengan Thyristor yang
hanya melewatkan tegangan dengan polaritas positif saja, tetapi Triac dapat
dipicu dengan tegangan polaritas positif dan negatif, serta dapat dihidupkan
dengan menggunakan tegangan bolak-balik pada Gate. Triac banyak digunakan pada
rangkaian pengedali dan pensaklaran. Triac hanya akan aktif ketika
polaritas pada Anoda lebih positif dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi
polaritas positif, begitu juga sebaliknya. Triac dapat bersifatkonduktif
dalam dua arah. Dalam hal ini dapat dianggap sebagai dua buah
thyristor tersambung secara antiparalel dengan koneksi gerbang. Karena
triac merupakan komponen bidirectional, terminalnya tidak dapat
ditentukansebagai anode/katode.
I. Phase-Control
Thyristor (Thyristor kontrol fase)
Tipe
thyristor ini secara umum beroperasi pada line-frequency dan dimatikan dengan
komutasi natural. Turn off time, tq,
berada dalam orde 50 sampai 100 ms. Devais ini
sangat cocok untuk aplikasi pensaklaran kecepatan rendah dan biasa dikenal
sebagai thyristor konverter. Karena
thyristor sebenarnya merupakan divais yang dikontrol yang dibuat dari silikon,
akibatnya thyristor jenis ini dikenal sebagai silicon-controlled rectifier (SCR).
Tegangan keadaan on, bervariasi di sekitar 1.15 V untuk devais 600 V
hingga 2,5 V untuk devais 4000V; dan untuk thyristor 5500A, 1200V, sekitar
1,25V. Penguat gerbang menghasilkan karakteristik dinamik yang umum dv/dt sebesar 1000V/ms
dan di/dt sebesar 500 A/ms
dan menyederhanakan perancangan rangkaian dengan mengurangi atau meminimasi
induktor pembatas di/dt dan rangkaian
proteksi dv/dt.
2. Fast-Switching
Thyristor
Biasanya
thyristor ini digunakan pada penerapan teknologi pensaklaran kecepatan tinggi
dengan force-communication(misalnya. Thyristor jenis ini memiliki waktu turn
off yang cepat, umumnya dalam daerah 5 sampai 50 ms bergantung
pada daerah tegangannya. Tegangan jatuh
forward pada keadaan on bervariasi kira-kira seperti fungsi invers dari
turn-off time tq. Tipe thyristor ini
juga dikenal sebagai thyiristor
inversion.
Thyristor
ini memiliki dv/dt yang tinggi biasanya 1000V/ms dan di/dt sebesar 1000V/ms.
Turn-off yang cepat dan di/dt yang
tinggi akan sangat penting untuk mengurangi ukuran dan berat dari komponen
rangkaian reaktif dan untuk commutating. Tegangan keadaan on dari
thyristor 2200A, 1800 V biasanya sekitar 1,7 V. Thyristor inverter dengan
kemampuan reverse blocking sangat terbatas, kira-kira 10 V, dan waktu turn-off
sangat cepat, sekitar 3 sampai 5 ms, biasa dikenal
sebagai Asymmetrical Thyristor (ASCR).
3. Gerbang-Turn-Off
Thyristor
Gerbang-Turn-Off
Thyristor seperti SCR dapat dihidupkan dengan memberikan sinyal gerbang
positif. Akan tetapi GTO dapat dimatikan dengan memberikan sinyal gerbang
negatif. GTO juga merupakan devais latching dan dapat dibangun dengan
rating arus dan tegangan yang mirip dengan SCR, GTO dihidupkan dengan
memberikan sinyal pulsa pendek positif pada gerbang dan dimatikan dengan
memberikan sinyal pulsa pendek negatif di gerbang. GTO yang memiliki beberapa
keuntungan dibandingkan SCR:
a. Eliminasi komponen
commutating pada forced-commutation, yang menghasilkan pengurangan biaya, berat dan volume.
b. Pengurangan akustik dan elektromagnetik karena hilangnya
commutation chokes.
c.
Turn-off yang cepat, memungkinkan frekuensi pensaklaran yang tinggi
d. Meningkatkan efisiensi konverter.
Pada
aplikasi daya rendah, GTO memiliki keuntungan dibandingkan bipolar transistor
adalah:
(1)
Kemampuan blocking
tegangan yang lebih tinggi;
(2) Rasio arus puncak yang dapat dikontrol dengan arus rata-rata
yang lebih tinggi;
(3) Rasio arus surge
puncak terhdap arus rata-rata tinggi, umumnya 10:1;
(4) Penguatan keadaan on
tinggi (arus anode/arus gerbang), umumnya 600; dan
(5) Durasi sinyal gerbang pulsa. Pada kondisi surge, GTO
cenderung akan masuk kesaturasi lebih dalam karena adanya aksi regeneratif.
Sedangkan, bipolar transistor cenderung akan keluar dari keadaan saturasi.
GTO
memiliki penguatan rendah selama turn-off, umumnya 6, dan memerlukan pulsa arus
negatif yang relatif besar untuk turn-off. Tegangan jatuh saat on juga relatif
lebih besar dibanding SCR. Tegangan keadaan on untuk rata rata GTO 550 A, 1200
V besarnya 3,4 V. Controllable peak on
state ITGO adalah nilai
puncak keadaan on yang dapat dimatikan oleh kontrol gerbang, tegangan off-state
diberikan seketika setelah turn-off dan dv/dt
hanya akan dibatasi oleh kapasitansi snubber. Begitu GTO dimatikan , arus beban
IL yang dialirkan melalui dan mengisi kapasitor snubber, menentukan dv/dt yang terjadi dengan Cs adalah
kapasitansi snubber.
4. Bidirectional Triode Thyristor ( TRIAC)
TRIAC
dapat bersifat konduktif dalam dua arah dan biasanya digunakan untuk
pengendalian fase ac (contohnya controller tegangan ac). Hal tersebut dapat
dianggap dua buah thyristor tersambung secara antiparalel dengan koneksi
gerbang.
Karena TRIAC merupakan devais bidirectional , terminalnya
tidak dapat ditentukan sebagai anode/katode. Jika terminal MT2 positif terhadap
terminal MT1, TRIAC dapat dimatikan dengan memberikan sinyal gerbang positip
antara gerbang G dan MT1. Jika terminal MT2 negatif terhadap MT1, maka TRIAC
akan dapat dihidupkan dengan memberikan sinyal pulsa negatif antara gerbang G
dan terminal MT1. Tidak perlu untuk memiliki kedua sinyal gerbang positif dan
negatif dan TRIAC dapat dihidupkan baik oleh sinyal gerbang positif maupun
negatif.
5. Reverse Conducting
Thyristor (RCT)
Pada banyak rangkaian
chopper atau inverter, diode anti paralel dihubungkan sepanjang SCR untuk
memperbolehkan aliran arus reverse karena beban induktif dan untuk meningkatkan
kinerja saat turn-off dari rangkaian komutasi. Diode memotong tegangan balik
blocking dari SCR ke –1 atau 2 V pada kondisi tunak. Akan tetapi pada kondisi
transien , tegangan balik dapat meningkat hingga 30 V karena tegangan induksi
pada rangkaian karena induktansi stray dalam devais.
Suatu
RCT dapat dipandang sebagai suatu kompromi antara karakteristik devais dan
kebutuhan dari rangkaian RCT dapat dianggap sebagai thyristor dengan built-in
diode antiparalel. RCT juga dikenal sebagai Asymmetrical Thyristor
(ASCR). Tegangan forward blocking bervariasi antara 400 sampai dengan 2000V dan
rating arus bergerak hingga 500A. Tegangan blocking reverse biasanya sekitar 30
sampai dengan 40 V. Karena rasio arus maju yang melaui thyristor terhadap arus
reverse dari diode tetap untuk suatu devais, aplikasinya dibatasi oleh
perancangan tertentu.
6. Static Induction Thyristor
Karakteristik dari SITH
mirip dengan karakteristik dari MOSFET. SITH biasanya dihidupkan dengan
memberikan tegangan gerbang positif seperti thyristor biasa dan dimatikan
dengan memberikan tegangan negatif pada gerbangnya. SITH merupakan devais
dengan pembawa muatan minoritas. Akibatnya SITH memiliki resistansi/jatuh
tegangan keadaan on yang rendah dan dapat dibuat dengan rating tegangan dan
arus yang lebih tinggi.
SITH memiliki kecepatan switching yang tinggi dengan
kemampuan dv/dt dan di/dt yang tinggi. Waktu switchingnya berada
pada orde 1 sampai 6 ms. rating tegangan dapat mencapai 2500 V
dan rating arus dibatasi 500 A. Devais ini sangat sensitif terhadap proses
produksi, gangguan kecil pada proses
produksi akan menghasilkan perubahan yang besar pada karaktristik devais.
7. Light Activated Silicon Controlled Rectifier (LASCR)
Devais ini dihidupkan dengan memberikan radiasi cahaya
langsung ke wafer silikon. Pasangan elektron hole yang terbentuk selama proses
radiasi akan menghasilkan arus trigger pada pengaruh medan elektris. Struktur
gerbang dirancang untuk menghasilkan sensitivitas gerbang yang cukup untuk
triggering dengan sumber cahaya praktis. LASCR digunakan untuk pemakaian arus dan
tegangan yang tinggi. (contoh untuk transmisi tegangan tinggi dc dan kompensasi
daya reaktif statis atau reaktif voltampere). LASCR menyediakan isolasi
elektris penuh antara sumber cahaya pentrigger dan devais switching dari
konverter daya., dengan potensial mengambang tinggi hingga beberapa kilo volt.
Rating tegangan dari LASCR dapat setinggi 4 kV, 1500 A dengan daya cahaya
pentrigger kurang dari 100 mW. di/dt
yang umum adalah 250 A/m
s dan dv/dt dapat setinggi
2000 V/m
s.
8. FET Controlled Thyristor
Devais
FET-CHT mengkombinasi MOSFET dan thyristor secara paralel . Jika tegangan
tertentu diberikan pada gerbang dari MOSFET , biasanya 3 V, arus pentrigger
dari thyristor akan dibangkitkan secara internal. FET – CHT memiliki kecepatan
swtching tinggi, di/dt dan dv/dt yang tinggi.
Devais
ini dapat dihidupkan seperti thyristor konvensional, akan tetapi dapat
dimatikan oleh kendali gerbang. Hal ini sangat diperlukan pada aplikasi yang optical
firing digunakan untuk menghasilkan isolasi elektrik antara masukan atau
sinyal kontrol dan devais pensaklaran daya.
9. MOS- Controled Thyristor
MOS-Controlled Thyristor (MCT) mengkombinasikan sifat –
sifat regeneratif thyristor dan struktur gerbang MOS. MCT dapat beroperasi
sebagai devais yang dikontrol oleh gerbang jika arusnya lebih kecil dari arus
maksimum yang dapat dikontrol. Usaha untuk dapat membuat MCT off pada arus yang
melebihi nilai itu akan mengakibatkan kerusakan devais. Untuk nilai arus yang
tinggi MCT harus dimatikan seperti thyristor biasa. Lebar pulsa gerbang tidak
kritis untuk arus devais yang lebih kecil. Untuk arus besar, lebar dari pulsa
turn off harus lebih besar. Lebih jauh gerbang akan mengalirkan arus maksimum
selama turn – off. Pada banyak aplikasi, termasuk inverter dan chopper, pulsa
gerbang kontinyu selama periode on/off diperlukan untuk menghindari kerancuan.
Suatu MCT memiliki :
1. Tegangan
jatuh forward selama keadaan on yang rendah
2. Waktu
turn off yang cepat (0,4 m s) dan waktu yang cepat biasanya 1.25 m s untuk MCT
300A, 500V
3. Disipasi
daya switching rendah
4. Kemampuan
tegangan blocking rendah
5. Impedansi
masukan dari gerbang tinggi, yang akan menyederhanakan rangkaian drive
MCT
dapat secara efektif dipasang paralel untuk proses pensaklaran arus besar
dengan hanya perubahan rating sederhana dengan rating arus perdevais yang ada.
MCT tidak dapat digerakan dengan transformer pulsa jika bisa kontinyu yang
diperlukan untuk menghindari kerancuan.
Uni Junction Transistor (UJT)
Transistor
Unijunction (UJT) biasanya digunakan untuk membangkitkan sinyal trigger untuk
SCR. Rangkaian triggering UJT dasar seperti tampak pada gambar II.6 . UJT
memiliki tiga terminal, disebut emiter E, base-1 B1 dan base-2 B2. Antara B1
dan B2, UJT memiliki karakteristik resistansi biasa. Resistansi ini
disebut resistansi interbase RBB dan nilainya berada pada daerah 4,7 sampai 9,1
K ohm.
Ketika
tegangan sumber dc Vs diberikan,
kapasitor C akan diisi melalui resistor R karena rangkaian emiter dari UJT
berada pada kondisi terbuka. Konstanta waktu dari rangkaian pengisi t1
= RC. Ketika tegangan emiter VE,
Gambar 6 Bentuk gelombang keluaran rangkaian trigger UJT
yang sama dengan
tegangan kapasitor VC, mencapai tegangan puncak Vp, UJT akan on dan
kapasitor akan dikosongkan melalui RB1 dengan kecepatan yang
ditentukan oleh konstanta waktu t2
= RB1C. t2 harus
jauh lebih kecil
dari t1. Ketika
tegangan emiter VE berkurang ke titik lembah VV,
emiter akan kembali tidak tersambung, UJT menjadi off, dan siklus pengisian akan
berulang kembali. Bentuk gelombang tegangan emiter dan triggering diberikan
pada gambar 6.
Bentuk gelombang tegangan triggering
VB1 akan identik dengan pengosongan kapasitor C. Tegangan
pen-trigger VB1 harus dirancang agar cukup besar untuk membuat SCR
on. Periode osilasi T akan cukup independen terhadap tegangan sumber dc, Vs dan
diberikan oleh :
Dengan
parameter h
dikenal sebagai intrinsic stand – off ratio. Nilai dari h terletak antara
0,51 sampai dengan 0,82. Resistor R terbatas nilainya antara 3 kOhm sampai 3
Mohm. Batas atas dari R ditentukan oleh kebutuhan jalur beban yang dibentuk
oleh R dan Vs berpotongan karakteristik devais disebelah kanan titik puncak Vp
dan kiri titik Vv. Jika jalur beban gagal melewati karakteristik devais
disebelah kanan titik puncak. UJT tidak akan on. Kondisi ini dipenuhi jika Vs
– IpR>Vp yaitu
Pada
titik lembah IE = IV dan VE = Vv sehingga
kondisi pada batas bawah berada di R untuk memastikan proses turn off
yaitu VS –IVR<VV
Yaitu :
Daerah
tegangan sumber yang direkombinasikan adalah 10 sampai dengan 35 V. Untuk nilai
tetap h
, tegangan puncak Vp akan bervariasi dengan tegangan antara dua base, VBB.
Vp diberikan oleh:
Dengan
VD adalah tegangan jatuh forward dari satu diode. Lebar tg untuk
pulsa trigger adalah
Tg = RB1C
Secara
umum RB1 dibatasi nilai dibawah 100 ohm, walaupun nilai 2 sampai
dengan 3 kohm dimungkinkan pada beberapa penerapan. Resistor RB2
secara umum dihubungkan secara serial dengan base-2 untuk mengkompensasi
penurunan Vp karena peningkatan suhu melindungi UJT dari kemungkinan termal
runway.
CONVERTER
Converter adalah suatu alat
untuk mengkonversikan daya listrik dari satu bentuk ke bentuk daya listrik
lainnya.
Konverter AC-DC
(Penyearah) :
Suatu rangkaian yang mengubah
tegangan AC menjadi tegangan DC yang dapat dikendalikan/ diatur. Fungsinya
menyearahkan listrik arus bolak-balik menjadi listrik arus searah. Energi
mengalir dari sistem listrik AC satu arah ke sistem DC. Contoh: Listrik AC
220 V/50 Hz diturunkan melewati trafo menjadi 12VAC dan kemudian disearahkan
oleh Diode menjadi tegangan DC 12V.
Rangkaian penyearah diode
mengubah tegangan ac ke tegangan dc tetap. Tegangan masukan ke penyearah dapat
bersifat satu fasa ataupun tiga fasa dan diperlihatkan pada gambar berikut :
1. Penyearah setengah
gelombang, satu fasa
2. Penyearah gelombang penuh,
tiga fasa
3. Penyearah setengah gelombang,
tiga fasa
Konverter AC-AC
(Cycloconverter) :
Suatu rangkaian yang dapat
mengubah tegangan AC tetap menjadi tegangan AC yang dapat dikendalikan/
diatur. Fungsinya mengubah energi listrik arus bolak balik dengan tegangan
dan frekuensi tertentu menjadi arus bolak balik dengan tegangan dan frekuensi
yang lain. Ada dua jenis konverter AC, yaitu:
• pengatur tegangan AC (tegangan
berubah, frekuensi konstan)
• cycloconverter (tegangan dan
frekuensi dapat diatur).
Contoh: tegangan AC 220 V dan
frekuensi 50 Hz menjadi tegangan AC 110 V dan frekuensi yang baru 100 Hz.
Konverter DC-DC
(Chopper) :
Suatu rangkaian yang digunakan
untuk mengubah sumber tegangan DC tetap menjadi sumber tegangan DC yang dapat
dikendalikan/diatur. Listrik arus searah diubah menjadi arus searah juga
namun dengan besaran yang berbeda. Contoh: Listrik DC 15V dengan komponen
elektronika diubah menjadi listrik DC 5V.
Konverter DC-AC
(Inverter) :
Suatu rangkaian yang digunakan
untuk mengubah sumber tegangan DC tetap menjadi sumber tegangan AC yang dapat
dikendalikan/diatur. Fungsinya mengubah listrik arus searah menjadi
listrik arus bolak-balik pada tegangan dan frekuensi yang dapat
diatur. Contoh: Listrik DC 12 V dari akumulator dengan perangkat inverter
diubah menjadi listrik tegangan AC 220V, frekuensi 50 Hz.
No comments:
Post a Comment