Sumber ajaran pendidikan aqidah akhlak dapat dibagi
menjadi dua yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadist.
a.
Al-Qur’an
Mendefinisikan Alquran dengan “Firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,yang tertulis dalam mushaf-mushaf yang
diriwayatkan kepada kita dengan jalan yang mutawir dan membacanya dipandangi
ibadah serta sebagai penentang (bagi yang tidak percaya)walaupun surat
terpendek.[1]
Al Quran dijadikan sebagai sumber pendidikan islam yang pertama dan
utama karena ia memiliki nilai absolute yang diturunkan dari tuhan.
Adapun sumber Al-Qur’an yang menjelaskan tentang
pendidikan aqidah akhlak, antara lain sebagai berikut:
1)
Al-Qur’an surat Al’Ashr ayat 1-3
Artinya: (1) Demi masa. (2) Sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian. (3) Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.[2]
2)
Al-Qur’an surat Luqman ayat 17
Artinya: Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian
itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).[3]
3)
Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 104
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôt n<Î) Îösø:$# tbrããBù'tur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztur
Ç`tã Ìs3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.[4]
Dari beberapa ayat di atas, maka dapat penulis
simpulkan antara lain sebagai berikut:
1)
Al-Qur’an Surat Al’Ashr ayat 1-3
Pada surat Al’Ashr ayat 1-3 bahwa manusia harus bisa
memanfaatkan waktu hidupnya agar masa itu jangan sampai disia-siakan, perlu
digunakan dengan sebaik-baiknya untuk beribadah dan beramal sholeh. Dan apabila
manusia tersebut tidak dapat memanfaatkan masa hidupnya, maka mereka akan rugi
dan tidak mendapatkan keuntungan sama sekali. Sebaliknya bagi orang-orang yang
beriman, mereka tidak akan merasakan kerugian sepanjang masa karena mereka
bekerja dengan baik dan berfaedah. Maka hubungan antar sesama muslim dapat
mewujudkan kehidupan yang bahagia, dengan mengajak orang lain bersabar dalam
berilmu dan beramal.
2)
Al-Qur’an Surat Luqman ayat 17
Pada surat Luqman ayat 17 bahwa dari kisah Luqman,
beliau menyuruh anaknya untuk melaksanakan shalat karena dengan shalat kita
akan mendapatkan kekuatan pribadi, lahir batin, moral dan mental, namun yang
lebih penting lagi hati dan seluruh anggota badan kita akan selalu ingat kepada
Allah SWT. Kemudian hendaklah dia berani menyampaikan kebenaran kepada sesama
manusia, sesudah itu hendaklah berani menegor orang yang berbuat mungkar.
Tetapi jika ditegor mereka marah, maka kita harus sabar dan tabah.
Jadi inti dari surat Luqman ayat 17 yaitu shalat
sebagai kekuatan pribadi, amar ma’ruf nahi mungkar dalam hubungan dengan
masyarakat, dan sabar untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Karena semua
kehidupan yang kita rasakan apabila tidak sabar, kita akan putus asa di tengah
jalan.
3)
Al-Qur’an Surat Ali-Imran ayat 104
Dalam surat Ali-Imran ayat 104 terdapat dua kata
penting yaitu menyuruh berbuat ma’ruf, mencegah perbuatan mungkar. Menyampaikan
ajakan kepada yang ma’ruf dan menjauhi yang mungkar itulah yang dinamakan
da’wah, dengan adanya umat yang berda’wah agama menjadi hidup dan berkembang.
Sehingga hanya orang-orang yang tetap menjalankan da’wah sajalah yang akan
memperoleh kemenangan dan beruntung.
b.
Al-Hadist
Sedangkan Al-Hadist merupakan sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW yaitu berupa perkataan, perbuatan, pernyataan, dan
sifat-sifat atau keadaan-keadaan Nabi Muhammad yang lain. Dan bisa disebut
penjelasan atas Al-Qur’an.
Adapun sumber Al-Hadist yang menjelaskan tentang
pendidikan aqidah akhlak, antara lain sebagai berikut:
اِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُاِلى اَجْسَا دِ كُمْ وَلاَ اِلىَ صُوَ
ِركُمْ وَ لكِنْ يَنْظُرُ
اِلى قُلُوْ ِبكُمْ (وَاَ شَا رَِباَ صَا ِبعِهِ اِلى صَدْ ِرهِ)
(روه مسلم)
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada
tubuhmu maupun rupamu, tetapi melihat kepada hatimu. (Dan Nabi menunjuk hal itu
dengan jari-jari tangannya ke dadanya). (HR. Muslim)[5]
اِنَّ اللهَ يُحِبُّ مَعَا ِلىاْلاَخْلاَ ِق, وَيَكْرَهُ سَفْسَا
فَهَا (رواه الحاكم)
Artinya: Sesungguhnya
Allah menyukai akhlak-akhlak yang mulia lagi luhur, dan Dia tidak menyukai
akhlak-akhlak yang rendah. (HR. Hakim).[6]
خَيْرُالنَّاِس اَحْسَنُهُمْ خُلُقاً (رواه الطبرانىعن ابن عمر)
Artinya: Manusia yang paling baik ialah yang lebih
baik budi pekertinya. (HR. Thabrani dari Ibnu Umar).[7]
Dari beberapa hadist di atas, maka dapat penulis
simpulkan bahwa manusia dalam beribadah atau melakukan satu kebaikan lebih
dititik beratkan pada keikhlasan yang ada dalam hati, sebab Allah hanya melihat
dimana sumber perbuatan manusia tersebut. Maka dari itu kita wajib bertakwa
kepada Allah SWT dimana saja berada dengan jalan berbuat baik kepada sesama
manusia sehingga terhapuslah dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Yang akhirnya
terwujudlah akhlak yang sempurna, karena Allah menyukai seseorang yang
berakhlak mulia dan luhur, sebaliknya Allah juga tidak menyukai seseorang yang
berakhlak buruk. Untuk itu, sangat berat apabila seseorang melakukan perbuatan
baik tanpa diimbangi dengan ketulusan yang apa adanya.
[1]
Muhammad Salim Muhsin,Tarikh Al-Quran al
Karim, (Iskandariyah;Muasssasah Syabab al-Jamiyah,tt) Hlm.5
[2] DEPEG
RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci
Al-Qur'an) Hlm. 1099
[3] Ibid., Hlm. 655
[4] Ibid., Hlm. 93
[5] Hussein
Bahreisj, Himpunan hadits Shahih Muslim (Surabaya: Al Ikhlas) Hlm. 33
[6] Yusuf
Qardhawi, Sunnah Rasul Sumber Ilmu Pengetahuan Dan Peradaban (Jakarta: Gema Insani Press) Hlm. 469
[7] Fachruddin,
Irfan Fachruddin, Pilihan Sabda Rasul (Hadis-Hadis Pilihan) (Jakarta: Bumi Aksara) Hlm. 231
No comments:
Post a Comment